NAVIGASI MENU

Pola Makan Anak Butuh Model

Oleh : Sonya Tampubolon – InspiredKidsmagazine.com

”Mumpung masih muda, anak saya perbolehkan makan apa saja asalkan bersih. Supaya dia gemuk dan sehat. Apalagi nanti kalau sudah tua banyak yang tidak boleh dimakan,” ujar Vivi (28 tahun). Sebaliknya, Tia (32 tahun) justru sangat membatasi makanan anaknya. ”Tidak boleh jajan di luar!” tegasnya pada putri sulungnya, Jemima (6tahun). Tia juga rajin memberikan multivitamin dan suplemen penambah kecerdasan bagi putrinya tercinta.

Ada salah kaprah yang dilakukan orangtua menyangkut perilaku makan ini. Alih-alih menjadi sehat, justru berbagai penyakit dan kebiasaan makan yang dapat menurunkan kualitas hidup anak kelak yang akan terjadi. Dr Aryono Hendarto SpA, ahli gizi dari RSIA Hermina Jatinegara, menyatakan pengaturan pola makan atau diet seimbang berlaku sejak seseorang masih bayi sampai dewasa. Di Indonesia diet seimbang tersebut lebih dikenal dengan sebutan 4 sehat 5 sempurna. ”Untuk bayi, ASI merupakan makanan tunggal yang sudah mencakup gizi seimbang dan harus diterapkan,” katanya.

Diet seimbang, menurut dr. Rudi Hartono, Sp.A, spesialis anak di Klinik Anakku Kelapa Gading, perlu diberikan sejak lahir. ”ASI eksklusif merupakan pilihan terbaik untuk 6 bulan pertama,” jelasnya. Pemberian makanan padat yang terlalu cepat, tambah Rudi, dapat mengakibatkan obesitas. ”Sebab usus pun mengalami proses pendewasaan dan baru siap menerima makanan pada saat usus sudah cukup mature,” sambungnya.

Pentingnya ASI juga ditegaskan oleh Professor Sheila Innis dari Universitas British Columbia, Kanada dalam Media Briefing PT Mead Johnson Indonesia, Maret 2006 lalu. ”Kandungan gizi yang terdapat dalam ASI tidak dapat digantikan oleh susu sapi,” tegas Innis. Menurut Innis, semakin lama ibu bisa menyusui bayinya akan semakin baik bagi anak.

Aryono menyebutkan proporsi rata-rata asupan gizi yang ideal untuk anak normal (tanpa penyakit atau kebutuhan khusus tertentu) ialah karbohidrat sebanyak 50-60%, lemak 25-35%, dan protein 15-20%. ”Untuk anak-anak berkebutuhan khusus dibutuhkan jenis diet tertentu yang berbeda, tergantung tingkat kasusnya,” ujar staf pengajar divisi nutrisi dan penyakit metabolik di FKUI/RSCM ini. Bagi anak autis jenis asupan yang diberikan sebaiknya bebas glutein (pemanis) dan tidak mengandung pengawet.

Secara umum, menurut Aryono, ketidakseimbangan nutrisi maupun konsumsi makanan yang tidak sehat dapat menimbulkan gangguan seperti kurang gizi (tingkat ringan/sedang), gizi buruk/marasmik, serta busung lapar/kw asiorkor, yakni bengkak di muka perut dan anggota gerak. Selain itu, tambahnya, kekurangan mikronutrien seperti zat besi juga bisa mengakibatkan obesitas. ”Obesitas atau kegemukan tidak selalu berarti kelebihan gizi,” jelas dokter yang mendapatkan pendidikan Pediatric Nutrition di Emma Children Hospital, Belanda, ini. Dia menambahkan, asupan gizi seimbang, baik secara kualitas maupun kuantitas, dapat dipantau melalui grafik kenaikan berat badan.

Aryono mengatakan, dalam kondisi tidak memperoleh asupan gizi yang memadai anak dapat diberikan suplemen atau multivitamin. Akan tetapi, dia mengingatkan orangtua untuk melihat juga jenis gangguan yang dialami. ”Misalnya kalau anak mengalami cacingan ya harus diobati, tidak cukup hanya diberikan suplemen,” tegasnya. Rudi menambahkan, makanan tambahan atau suplemen dibutuhkan anak dalam kondisi tertentu. Seperti, bayi usia 9 bulan umumnya membutuhkan tambahan zat besi. ”Bayi juga membutuhkan suplemen AA dan DHA, terutama bayi prematur sebab kedua zat ini baik bagi perkembangan otak dan sel darah merah,” jelasnya.

Dr Dwi Putro Widodo dari FKUI melakukan studi yang menemukan bahwa pemberian kadar AA dan DHA yang cukup tinggi dan dalam durasi yang tepat akan memberikan keuntungan klinis, khususnya bagi perkembangan mental dan ketajaman visual atau sensori. Namun, meski sering diklaim sebagai penambah kecerdasan, Rudi menjelaskan, sebenarnya faktor vitamin tidak terlalu signifikan untuk kecerdasan. ”Oleh sebab itu multivitamin tidak membuat anak jadi cerdas, hanya komponen di dalamnya bisa saja membantu kerja otak,” tegasnya.

Dalam memilih suplemen Aryono mencatat beberapa hal yang penting bagi orangtua:
  • Pilih sesuai peruntukkan atau kebutuhanya. 
  • Khasiatnya telah teruji. 
  • Hindari suplemen yang kandungannya kurang jelas. 
  • Perhatikan adanya interaksi obat yang terdiri atas bermacam-macam komponen. 
  • Perhatikan tanggal kadaluarsa.
Anak Melihat Anda!

Bagaimana menjadi model yang baik bagi si kecil?
  • Mengkonsumsi makanan yang sehat, seperti seperti buah dan sayur. Karena anak-anak akan mencontoh. 
  • Batasi makanan, jangan sampai kurang namun tidak berlebih. Jangan meributkan mengenai tubuh Anda dan kemauan untuk diet di depan anak-anak, karena akan menimbulkan pikiran negatif mengenai makanan. 
  • Hindari bertengkar dengan anak mengenai makanan yang harus dimakannya. 
  • Libatkan anak mengenai makanan yang akan disajikan hari itu. Ajak anak untuk memilih dan merencanakan makanan seimbang.
Dalam pemberian suplemen maupun multivitamin orangtua juga harus memperhatikan dosis yang sesuai. ”Dosis sirup untuk anak di baw ah 6 bulan umumnya adalah 5-10 tetes, anak kurang dari 1 tahun diberikan setengah sendok dan anak di atas 1 tahun diberikan 1 sendok. Sedangkan untuk multivitamin tablet satu kali sehari sudah cukup,” papar Rudi.

Para pakar mengingatkan, suplemen dan multivitamin sifatnya adalah sebagai tambahan, jadi bukan pengganti makanan alami. Untuk diet seimbang dan sehat, Aryono merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai anak berusia 6 bulan, kemudian pada usia 6-9 bulan anak diperkenalkan dengan makanan alami satu persatu.

Innis yang memimpin institusi Canadian Society for Nutritional Sciences menganjurkan anak banyak mengkonsumsi ikan, daging merah, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Tubuh sehat, salah satunya dapat diperoleh lew at pengaturan makanan bergizi seimbang yang dikonsumsi si kecil setiap hari. Sejak dalam kandungan sebaiknya mereka sudah mengkonsumsi makanan yang cukup baik jumlah maupun kualitasnya. Hal ini dipertahankan terus setelah bayi lahir terutama pada tahun-tahun pertama kehidupannya.

Catatan untuk orangtua:

Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangat penting karena memenuhi seperempat dari kebutuhan kalori sehari. ”Bila tidak sempat sarapan, bekali anak dengan snack berat yang bergizi lengkap dan seimbang seperti mie goreng atau roti isi daging,” papar Dr. Widodo Judarwanto SpA,dari RS Bunda.

Sejak memasuki usia sekolah anak mulai menentukan makanan yang disukainya. Banyak makanan yang dijual di pinggir jalan atau tempat umum yang hanya mengandung karbohidrat dan gula yang digemari anak-anak. Hal ini dapat mempengaruhi nafsu makan anak dan jika hal ini dibiarkan berlarut-larut akan dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan tubuhnya.

Pemberian nutrisi anak usia 10-12 tahun sudah harus dibagi berdasar jenis kelaminnya sebab kebutuhan kalori mereka berbeda. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik sehingga memerlukan kalori yang lebih banyak dibandingkan anak perempuan. ”Pada usia ini biasanya anak perempuan sudah mengalami masa haid sehingga memerlukan lebih banyak protein dan zat besi dari usia sebelumnya,” jelas Widodo.

Kebutuhan asupan gizi seimbang berdasarkan usia:
  • Bayi (0-6 bulan) : ASI eksklusif
  • Bayi (6 bulan -2 tahun) : ASI ditambah makanan pendamping
  • Batita (1-3 tahun) : 1300 kalori per hari
  • Balita/pra sekolah (4-5 tahun) : 1500 kalori per hari
  • Anak usia SD (6-9 tahun) : 1800 kalori per hari
  • Anak usia SD (10-12 tahun) dimana untuk perempuan:1900 kalori per hari, sementara laki-laki : 2000 kalori per hari
Zat Gizi (Nutrients)

Karbohidrat
  • Kelebihan: gula darah meningkat, diabetes, obesitas, jantung, gangguan pada pembuluh darah (cardiovascular), hipertensi.
  • Kekurangan: malnutrisi, kurus, lemah, tidak ada energi, gangguan metabolisme otak, busung lapar.
Protein
  • Kelebihan: gangguan ginjal, beban kerja hati. 
  • Kekurangan: mudah sakit, gangguan metabolisme tubuh.
Lemak
  • Kelebihan: obesitas, kolesterol tinggi, penyempitan pembuluh darah. 
  • Kekurangan: busung lapar, kekurangan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K), penurunan daya tahan tubuh, kurang tenaga, gangguan tumbuh kembang.
Mineral
  • penumpukan zat besi berakibat pada gangguan kerja organ, diare, muntah-muntah, talasemia. 
  • gangguan metabolisme tubuh. 
  • kurang zat besi berakibat penurunan konsentrasi dan IQ, mudah sakit dan tidak nafsu makan.
  • kurang yodium berakibat penyakit gondok .
Vitamin
  • vitamin yang tidak larut dalam air/ larut dalam lemak bisa membebani hati, berakibat mual, muntah. 
  • kelebihan vitamin A bisa mengakibatkan kejang. 
  • kurang vitamin A: gangguan pada mata. 
  • Kurang vitamin C: sariawan.

0 komentar klik di sini: