NAVIGASI MENU

16 Anak Terserang Bulosa

Sumber:KOMPAS Cetak 22 Sept. 2008

Landak, Kompas - Investigasi yang dilakukan tim surveilance Dinas Kesehatan Kalimantan Barat menemukan 16 anak di Kabupaten Landak dengan ciri-ciri penyakit kulit bulosa pada anak (chronic Bulluos diseas of chilhood/CBDC). Seorang anak penderita penyakit ini, Ujok (8), pada hari Rabu (17/9) meninggal dunia.

Tim yang dipimpin Antonius Prayogi ini menemukan 14 anak dengan ciri-ciri bulosa di Desa Paku Raya, Kecamatan Kuala Behe, sedangkan dua anak lainnya ditemukan di Desa Tahu, Kecamatan Meranti.

Pantauan di Desa Paku Raya, Minggu (21/9), menunjukkan, sebagian kulit anak-anak tersebut timbul bentol-bentol berdiameter 0,5 sentimeter yang berisi cairan kuning seperti nanah. Sebagian besar dari bentol-bentol pada anak-anak tersebut sudah pecah dan mengering. Hanya ada dua anak yang belum sembuh dan penyakitnya berpotensi semakin berkembang, yakni Lista (2) dan Rianto (5).

Pada Lista, bentol-bentol banyak ditemukan di bagian kulit wajah, kepala, leher, dan sebagian tangannya. Marsela, ibunda Lista, mengaku bahwa sakit yang diderita anaknya sudah seminggu dan sama sekali belum diperiksakan ke petugas medis. ”Awalnya panas selama 3-4 hari, lalu dia mulai merasa gatal-gatal. Tak lama kemudian kulitnya muncul bentol- bentol,” kata Marsela.

Sementara itu, kondisi Rianto, anak pasangan Domon dan Andat, juga muncul bentol-bentol pada bagian perut, kaki, dan punggung. ”Gejala awal dari penyakit ini relatif sama, yakni anak sempat mengalami panas tinggi selama lima hari, baru setelah itu muncul bentol-bentol,” kata Urip, Kepala Puskesmas Meranti.

Kasus penyakit kulit semacam ini menjadi perhatian serius Dinas Kesehatan (Dinkes) Landak maupun Kalimantan Barat (Kalbar) setelah Ujok yang dinyatakan menderita penyakit kulit bulosa pada anak akhirnya meninggal dunia karena mengalami sepsis atau infeksi sekunder yang parah dan menjalar ke seluruh tubuh.

Penyakit kulit bulosa pada anak yang tergolong langka, tetapi tidak menular ini merupakan autoimun yang sulit diketahui penyebabnya. Seperti disampaikan dr Retno Mustikaningsih MKes SpKK yang menangani penyakit kulit yang diderita Ujok, pada badan pasien ada anti-body yang justru menyerang dan merusak kulit tubuhnya sendiri.

”Sebelumnya tidak pernah ada laporan penyakit ini. Dari survei di lapangan diduga sumber penyakit itu adalah penggunaan air sungai untuk segala keperluan sehari-hari,” kata Sophia Tjakre, Kepala Dinkes Landak.

Belum diketahui apakah penyakit ini berkaitan dengan maraknya penggunaan merkuri untuk penambangan emas di sejumlah sungai di Kalbar.

Petugas surveilance Dinkes Kalbar, Antonius Prayogi, mengatakan, bantuan air bersih bagi warga diperlukan untuk mencegah penyakit kulit tersebut semakin merebak. (WHY)

Link Terkait:

0 komentar klik di sini: