NAVIGASI MENU

Penderita Penyakit Kulit Bulosa Meninggal Dunia

Sumber: KOMPAS Cetak 18 Sept. 2008

Pontianak, Kompas - Ujok (8), penderita penyakit kulit bulosa pada anak (Chronis Bulluos Diseas of Chilhood-CBD) yang dirawat di RSUD Soedarso Pontianak, Rabu (17/9), sekitar pukul 17.55, akhirnya mengembuskan napas terakhir.

Tim dokter yang menangani Ujok menyatakan, penyebab kematian pasien adalah sepsis atau infeksi berat yang menjalar ke seluruh tubuh.

”Penyakit CBD ini dapat mengakibatkan pasien meninggal dunia karena luka yang terbuka memungkinkan masuknya kuman dan terjadi sepsis atau infeksi berat ke seluruh tubuh. Sepsis inilah yang mengakibatkan pasien meninggal,” kata dr Retno Mustikaningsih MKes SpKK.

Secara terpisah, dr Indra Bangun Hutagalung SpA menegaskan, sepsis yang berat memang bisa mengakibatkan kematian dalam hitungan jam. Upaya meminimalisasi infeksi sudah dilakukan pihak rumah sakit dengan mengisolasi pasien.

Menurut Retno, sepsis pada Ujok diperkirakan sudah terjadi sebelum dia dibawa ke RSUD Soedarso. Saat masuk ke rumah sakit, sekujur kulit tubuh Ujok sudah dipenuhi bula (bentol-bentol berisi cairan) layaknya kulit melepuh. Sebagian bentol-bentol itu sudah pecah dan mengakibatkan luka terbuka yang mengeluarkan bau kurang sedap.

Kondisi putra bungsu pasangan Sugiono (50) dan Nia (27), warga Desa Paku Raya, Kecamatan Kuala Behe, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, itu kemarin sempat membaik. Menurut Retno, luka pasien sempat dibersihkan dengan NaCl dan dikompres dengan Betadine encer. Sebagian luka sudah mengering.

Sekitar pukul 11.00, pasien sempat sesak napas dan diberi bantuan pernapasan dengan tabung oksigen. Kondisi pasien terlihat berangsur membaik.

Sekitar pukul 17.00, pasien kembali sesak napas. Ujok kembali diberi perawatan intensif dengan disedot dahaknya dan diberi obat sesak napas. Kondisinya berangsur membaik sekitar pukul 17.15. Sekitar pukul 17.30, Retno pulang. Namun, sekitar pukul 17.55, ia dikejutkan dengan kabar meninggalnya Ujok.

Sebelum meninggal dunia mulut Ujok berbuih. Menurut Retno, buih itu merupakan dahak dari paru-paru. Sementara itu, sesak napasnya merupakan salah satu bentuk sepsis.

Nia, ibu Ujok yang menunggui Ujok, hanya bisa menangis. Yuliana, kerabat Nia yang turut menunggui Ujok, mengatakan, rencananya jenazah Ujok akan dibawa ke kampungnya dan dimakamkan di sana, Kamis (18/9).

Sebelumnya, Retno menyatakan, penyakit Ujok merupakan autoimun yang sulit diketahui penyebabnya. Pada badan pasien ada antibodi yang justru menyerang dan merusak kulitnya sendiri. Sejauh ini, katanya, belum ada referensi yang menjelaskan mengenai zat atau kondisi seperti apa yang bisa memicu timbulnya penyakit itu. Pemicu penyakit bisa saja dilacak dengan melihat secara langsung lingkungan tempat tinggal pasien.

Menyikapi kematian Ujok, Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar Isman Rahadi mengatakan, pihaknya dalam 1-2 hari ini akan menurunkan tim investigasi ke kampung asal Ujok. Ini dilakukan untuk mengecek adakah kaitan antara penyakit Ujok dan penyakit yang sama pada 8 anak lain yang sudah sembuh, juga mencari faktor pemicunya. (WHY)

0 komentar klik di sini: